Senin, 25 April 2016

Memories : Flight (8)

I thought that I'd been hurt before
But no one's ever left me quite this sore
Your words cut deeper than a knife
Now I need someone to breathe me back to life

Got a feeling that I'm going under
But I know that I'll make it out alive
If I quit calling you my lover, Move on

You watch me bleed until I can't breathe
Shaking, falling onto my knees
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches

Tripping over myself
Aching, begging you to come help
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches

(Stitches by Shawn Mendes)

~~~

Hari terakhir kakak berada dikota ini. Hari ini kakak akan berangkat menuju ke Kalimantan Selatan, tempat PKL kakak selama 3 bulan kedepan. Saya yang berniat mengantar kakak ke bandara bahkan rela menginap dirumah salah satu sahabat saya karena jarak rumah saya yang terlalu jauh dari bandara.

Pukul 7 , bandara sudah mulai ramai dengan hiruk pikuk para penumpang dan pengantar mereka masing-masing. Kakak belum datang. Saya menunggu kakak dengan menghabiskan waktu bersama para senior lain yang juga ingin berangkat.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya kakak datang. Kakak datang bersama keluarga kakak. Kakak mengenakan celana jeans , kemeja hitam, sepatu converse coklat dan tak lupa pula almamater dari sekolah kita.

Saya tak langsung menyapa kakak. Saya membiarkan kakak terlebih dahulu menikmati waktu dengan teman - teman kakak. Barulah setelah itu saya menghampiri kakak. Saya meminta foto bersama kakak. Tak banyak hanya dua kali. Saya merasa canggung bersama kakak. Kita berbicara tak terlalu banyak. Sampai pada akhirnya saya dan sahabat saya memutuskan untuk beristirahat. Saya mengamati kakak dari jauh. Membayangkan hari - hari berikutnya akan seperti apa tanpa kakak. kakak sibuk dengan keluarga dan teman-teman kakak. Kakak kadang berbincang dengan ibu kakak , berfoto dengan kakak perempuan kakak sampai bermain dengan adik laki - laki kakak. Adik kakak sangat lucu, juga sangat mirip dengan kakak. Sesekali saya dan sahabat tertawa melihat tingkah adik kakak yang sangat hiperaktif, dia berlari mengelilingi terminal keberangkatan.

Saat kakak tengah menyendiri saya mulai menghampiri kakak. Saya mengajak kakak berbincang. Saya bertanya pada kakak pesawat apa yang kakak akan naiki kakak menjawab, miyako. Jawaban yang aneh, sekaligus lucu. Saya mengatakan pada kakak bahwa setelah kepergian kakak nanti tak ada lagi yang bisa saya pandangi makan dikantin dari kelas saya. Kakak menjawab bahwa saya masih bisa memperhatikan salah satu guru killer makan. Kakak bilang guru killer itu menghabiskan waktu 3 jam untuk makan.

Setelah perbincangan singkat itu saya mengajak kakak berfoto. Foto - foto terakhir sebelum kakak pkl. Kakak lalu pergi ke arah teman - teman kakak . Sayang sekali, para sahabat saya sudah ingin pulang. Karena merasa tak enak saya mengikuti keinginan mereka. Sangat sulit untuk berpamitan dengan kakak mengingat kakak masih bersama dengan para senior lain. Saya memberanikan diri. Saya berpamitan pada kakak. Perpisahan yang tak seperti harapan, karena terlalu awkward.

Setelah berada di bus pulang saya mengirimkan kakak pesan singkat. "Safeflight kak" , tulis saya. Kakak membalasnya. Bus mulai berangkat menjauhi area keberangkatan. Saat itu saya tersadar, semuanya telah berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar